PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN ASSALAFIYAH 1
Pesantren Salaf atau Pondok Pesantren Salafiyah adalah sebutan bagi pondok pesantren yang mengkaji “kitab-kitab kuning” (kitab kuno). Pesantren salaf identik dengan pesantren tradisional (klasik) yang berbeda dengan pesantren modern dalam hal metode pengajaran dan infrastrukturnya. Di pesantren salaf, hubungan antara Kyai dengan santri cukup dekat secara emosional. Kyai terjun langsung dalam menangani para santrinya.
Pada dasarnya, pesantren salaf adalah bentuk asli dari lembaga pesantren itu sendiri. Sejak munculnya pesantren, format pendidikan pesantren adalah bersistem salaf. Kata salafmerupakan bahasa Arab yang berarti terdahulu, klasik, kuno atau tradisional. Seiring berkembangan zaman, tidak sedikit pesantren salaf yang beradapasi dan mengkombinasikan sistem pembelajaran modern. Dalam klasifikasi tipe pesantren dilingkungan Kemenag, disebut sebagai Pesantren Kombinasi. Kemenag membagi tiga tipe pesantren, yaitu pesantren Salafiyah, pesantren Khalafiyah (Ashriyah) dan pesantren Kombinasi.
Metode belajar mengajar di pesantren salaf terbagi menjadi dua yaitu metode sorogan wetonan dan metode klasikal. Metode sorogan adalah sistem belajar mengajar di mana santri membaca kitab yang dikaji di depan ustadz atau kyai. Sedangkan sistem weton adalah kyai membaca kitab yang dikaji sedang santri menyimak, mendengarkan dan memberi makna pada kitab tersebut.
Metode sorogan dan wethonan merupakan metode klasik dan paling tradisional yang ada sejak pertama kali lembaga pesantren didirikan dan masih tetap eksis dan dipakai sampai saat ini. Adapun metode klasikal adalah metode sistem kelas yang tidak berbeda dengan sistem modern. Hanya saja bidang studi yang diajarkan mayoritas adalah keilmuan agama.
Ciri khas kultural yang terdapat dalam pesantren salaf, antara lain:
- Santri lebih hormat dan santun kepada kyai, guru dan seniornya.
- Santri senior tidak melakukan tindak kekerasan pada yuniornya. Hukuman atau sanksi yang dilakukan biasanya bersifat non-fisikal seperti dihukum mengaji atau menyapu atau mengepel, dan lain sebagainya.
- Dalam keseharian memakai sarung.
- Berafiliasi kultural ke Nahdlatul Ulama(NU) dengan kekhasan fikih bermadzhab Syafi’i, akidah tauhid bermadzhab Asy’ariyah atau Maturidiyah, dan mengajarkan ilmu tasawuf seperti karya Al-Ghazali dan lainnya. Amaliyah khas seperti shalat tarawih 20 rakaat plus 3 rakaat witir pada bulan Ramadan, membaca qunut pada shalat Subuh, membaca tahlil pada tiap malam Jum’at, peringatan Maulid Nabi atau melakukan pembacaan kitab-kitab maulid, peringatan Isra’ Mi’raj, dan semacamnya.
- Sistem penerimaan santri tanpa seleksi. Setiap santri yang masuk langsung diterima. Sedangkan penempatan kelas sesuai dengan kemampuan dasar ilmu agama yang dimiliki sebelumnya.
Santri pesantren salaf memiliki kualitas keilmuan, antara lain :
- Menguasai kitab kuning atau literatur klasik Islam dalam bahasa Arab dalam berbagai disiplin ilmu agama.
- Menguasai ilmu gramatika bahasa Arabatau Nahwu, Sharaf, balaghah (maany, bayan, badi’), dan mantiq secara mendalam karena ilmu-ilmu tersebut dipelajari serius dan menempati porsi cukup besar dalam kurikulum pesantren salaf di samping fikih madzhab Syafi’i.
- Dalam memahami kitab bahasa Arab santri salaf memakai sistem makna gundul dan makna terjemahan bebas sekaligus.
Kitab Nahwu Shorof :
- Matan Jurmiyah,
- Imriti,
- Balaqhah,
- Alfiyah Ibnu Malik
- Mantiq
Kitab Fiqih Meliputi :
- Kitab Safinatun Naja, ditulis oleh al-Fadhil Salim bin Samir al-Hadromi
- Kasyifatu al-Saja, ditulis oleh Syaikh Nawawi Banten
- Sullam Taufiq, ditulis oleh Abdullah bin Husein Bin Thohir Ba’alawi al-Hadromi
- Syarah Sullam Taufiq/ Mirqat Su’ud al-Tashdiq, Karya Syaikh Nawawi Banten
- Fathul Qarib, Karangan Abu al-Qasim al-Ghazzi
- Hasyiyah Tausyikh [Penjelasan Kitab Fathul Qarib], ditulis oleh Syaikh Nawawi Banten
- Hasyiyah al-Bajuri, Karya Syaikh Ibrahim al-Bajuri
- Fathul Mu’in, buah karya Syaikh Zainuddin bin Abdul Aziz bin Zainuddin al-Malibari
- Nihayatuzzain, Karangan Syaikh Nawawi Banten
- Nadzam Zubad, [Kitab Fikih dalam Syair], karya Syaikh Ahmad bin Husain atau dikenal dengan Ibnu Ruslan
Dan beberapa Kitab tentang Ilmu Tauhid, Ilmu Falaqiyah, Ilmu Qur’an, Ilmu Faroid, Akhlak, Tajwid, Tarikh, Tasawuf.
Madrasah Diniyah (Madin ) meliputi tingkatan Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah. Kitab yang diajarkan di Madin Ibtidaiyah :
- Ajurumiyah
- Mutammimah
- Taqrib
- Fathul Qorib
- Bulughul Marom
- Tajwid
- Tarikh Khulasoh Nurul Yaqin
- Taklimul Muta’allim
- Baca Quran tartil metode Usmani
Madrasah Diniyah tingkat Ibtidaiyah terdapat 6 kelas yakni dari kelas 1 sampai kelas 6. Plus kelas I’dad (persiapan) bagi yang belum bisa membaca Al-Quran sama sekali.
I’dad (Kelas persiapan bagi santri yang belum bisa membaca Al-Quran
Kelas 1: Al-Quran Juz Amma, Aqidatul Awam, baca Al-Quran metode Usmani.
Kelas 2: Matan Jurumiyah, Amtsilah Tashrifiyah, baca Al-Quran metode Usmani.
Kelas 3: Matan Jurumiyah, Amtsilah Tashrifiyah, Mabadi’ Fiqhiyah Juz I, Al-Akhlaq lil Banin Juz I, Hadits 101 Budi Luhur
Kelas 4: Matan Jurumiyah, Tashrif Izzi, Bimbingan baca kitab, Jawahirul Kalamiyah, Al-Akhlaq lil Banin II, Mabadi’ Fiqhiyah III dan IV.
Kelas 5: Fathul Qorib, Matan Mutammimah, Nadzam Maqsud, Faraidh, Bulughul Marom
Kelas 6: Fathul Qorib, Mutammimah, Nadzam Maqsud, Ushul Fiqh, Faraidh, Bulughul Marom
Menjadi Dewan Asadith di Ponpes Assalafiyah 2 Saditan Brebes
Seni Hadrah, Pencak Silat, Gambus
Ziarah Walisongo dan Madura