Oleh :H. Lukman Nur Hakim
Mushola Sabilul Huda Klampok, Minggu pahing 7 Nopember 2021, Putaran ke 240 jam’iyah Ahlithoriqoh Al-mu’tabaroh Assadziliyah Kabupaten Brebes. Adapun kitab yang di kaji adalah Kifayat al-Atqiya’ Wa Minhaj al-Ashfiya. karya Sayid Bakari al-Makki bin Sayid Muhammad Syatho ad-Dimyathi, yang dibaca oleh K.H. Subhan Ma’mun pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes.
Dalam Kifayatul Al-atqiya mengajarkan para pembaca untuk mengasah ketajaman ruhani melalui tasawuf suni bukan tasawuf yang melanggar ketentuan Alquran dan sunah. “Tarekat para syekh yang dilandasi oleh sumber utama Islam yakni Alquran dan sunah,”
Dalam Kifayatul Al-atqiya menegaskan bagi para pembaca yang ingin menuju perjalan akhirat maka bekal taqwa adalah pijakan yang pertama dan mendasar sebagai mana syair beliau yang berbunyi :
“Taqwa al ilahi madaru kulli saadatin tiba’u ahwa ra’su syarrin habaila.” (Takwa kepada Allah pusat segala kebahagiaan dan mengikuti hawa nafsu pangkal keburukan).
Takwa merupakan dasar terpenting yang mengumpulkan semua kebaikan baik dunia ataupun akhirat. Tak pelak, sejumlah kalangan pun lantas mencoba memberikan definisi yang komprehensif tentang pengertian takwa.
Landasan taqwa diartikan sebagai bentuk ketaatan atas perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara lahir dan batin. Dengan penekanan sikap rasa pengagungan, tunduk, dan takut terhadap Allah. Taqwa juga perilaku untuk menghindari apa pun selain ridha Allah.
An-Nashr Abadzi, Sayid Bakari mengatakan siapa pun yang membumikan sikap takwa maka kecenderungan yang ada di hadapannya tak lain hanyalah keinginan menjauhi dunia yang fana. Hal ini disebabkan oleh keyakinan yang amat mendalam akan janji Allah.
Ketaqwaan menjadi kesungguhan kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-An’am ayat 32 “Dan kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.”
Lebih dalam Sayid Bakari mengemukakan, takwa menuntut seseorang untuk menjauhi hawa nafsu yang kerap dipenuhi oleh tipu daya setan. Akibatnya, kepatuhan terhadap nafsu berakibat pada kebinasaan. Bahkan, Rasulullah SAW sebagaimana diriwayatkan Al-Baihaqi dalam Sya’b al-Iman, pernah mengingatkan umatnya agar tidak teperdaya oleh nafsu setan.
Inilah yang perlu ditekankan kepada para pembaca, khususnya mereka yang mengkaji bersama para guru thorikoh untuk menjadikan Taqwa sebagai titian awal untuk menuju perjalan Akhirat. Wallahu’alam bishowab.